Langsung ke konten utama

Puisi: Hanya Kosong


Hanya Kosong - Oleh Ahmad Soleh

Akar kehidupan adalah kosong
Rasa lapar dimulai dari perut kosong
Rasa kantuk tiba disebabkan energi kosong
Lalu terjaga karena sadar akan mimpi-mimpi kosong
(Tapi lupa, lalu tidur lagi di siang bolong)

Manusia bekerja karena sadar kantongnya kosong
(Gentongnya kosong, bakulnya kosong, dapurnya melompong)
Manusia menipu karena yang ia punya hanya fakta kosong
(Percaya hoaks, tapi berlaga songong)
Manusia peduli dimulai dari batin yang kosong
(Yang setiap hari sibuk memborong)
Manusia saling mencintai karena ia sadar hatinya kosong
(Ruang hampa yang sesak, tidak plong)

Manusia juga bisa saling mencaci dimulai dari etika kosong
Manusia bisa saling memakan karena sadar hidupnya kosong
Manusia bisa saling menindas hanya demi sebuah harapan kosong
Manusia bisa jadi beringas karena pikirannya kosong

Manusia bertindak karena sadar hidup tak boleh omong kosong
(Juga tak boleh terlalu banyak bengong)
Manusia mengingat Tuhan dimulai dari iman kosong
(Lalu masjid-masjid ikut kosong)
Manusia memuja Tuhan karena sadar tanpa-Nya ia hanya kosong.

2014 (puisi pernah ditulis dan dipublikasikan tahun 2014, lalu direvisi tahun 2022)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esai: Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir

Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir - Oleh Ahmad Soleh [1] Esai ini merupakan prolog untuk buku antologi puisi Membangkitkan Intelektual Membangun Peradaban ( Diomedia, 2021 ) TELEVISI mungkin sudah menjadi barang ‘jadul’ bagi sebagian orang di era terhubung ini. Kendati berbagai merek elektronik memperbarui teknologi televisi, mulai dari smart TV sampai televisi berbasis sistem Android yang bisa langsung terkoneksi dengan internet. Ya, kedua produk televisi terbaru itu merupakan adaptasi teknologi televisi terhadap kemajuan jaringan internet yang hari ini makin lekat dan sulit dipisahkan dari kehidupan kebudayaan manusia Indonesia. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi memiliki dampak besar terhadap kebudayaan masyarakat kita. Dengan kemajuan teknologi televisi, masyarakat “berkecukupan” dengan mudah bisa memilih dan memilah tontonan sesuai keinginan dan kebutuhannya. Tentu saja dengan televisi kabel atau jaringan televisi berlangganan. Simpelnya, mere...

Puisi: Tanya Jawab Bapak dan Anak

Tanya Jawab Bapak dan Anak - Oleh Ahmad Soleh 1/ Ada bapak bertanya pada anaknya: “Nak, buat apa mainan sebanyak itu? Toh, yang main bapak. Kamu cuma suka belinya saja.” 2/ Ada bapak bertanya pada anaknya: “Nak, kamu masih mau beli mainan lagi? Yang keluar uang kan bapak, bukan kamu. Nanti ibumu marah, beli mainan terus.” 3/ Ada bapak bertanya lagi pada anaknya: “Nak, sudahkah kamu bahagia? Bapak sudah belikan banyak mainan. Tak peduli ibumu cerewet, bapak mau Beli mainan buat main lagi.” 4/ Ada bapak bertanya terus pada anaknya: “Nak, mau sampai kapan main dengan gawai itu? Bapak sudah belikan mainan baru. Ayo main sama bapak.” 5/ Ada bapak bertanya pada anaknya. Anaknya menjawab: “Aku mau main setiap waktu, tapi setiap hari Bapak kerja. Bapak sibuk cari uang untuk beli mainan yang akhirnya Bapak sendiri yang mainkan saat hari libur tiba. Lalu Bapak kesal sendiri, kan, tak ada teman main.” 6/ Ada bapak bertanya pada anaknya. Anaknya balik tanya: “Pak, bisakah Bapak pakai uang itu untu...

Puisi: Membaca Surat

Membaca Surat - Oleh Ahmad Soleh Pagi tadi kubuka lagi surat itu Kubaca satu demi satu pesan singkat Pada sebuah ponsel pintar Kau kirimkan sejumlah pesan Aku tak bisa membacanya Karena hari Minggu aku sibuk Sibuk mengubur segala bentuk Pada surat yang kau kirimkan Bentuk itu melebur remuk Larut dalam pekat Dan kita telah lama bersekat. 2021