Langsung ke konten utama

Postingan

Esai: Buya Syafii dan Kritik buat Politisi

  Buya Syafii dan Kritik buat Politisi - Oleh Ahmad Soleh Ahmad Syafii Maarif yang karib disapa Buya Syafii merupakan tokoh Muslim progresif yang lahir di Sumpur Kudus, Sumatra Barat, pada 31 Mei 1935—tepat berulang tahun saat tulisan ini ditik. Buya Syafii baru saja meninggalkan kita beberapa hari yang lalu. Sungguh mulia, selain wafat pada hari baik, yakni Jumat, 27 Mei 2022, Buya Syafii juga meninggalkan jejak-jejak peninggalan semacam wasiat berharga untuk kita semua, untuk anak-anak bangsa. Bukan kata-kata motivasi, bukan barisan sajak-sajak bijak, bukan pula ungkapan-ungkapan syahdu. Bukan, bukan itu. Lebih dalam dari sekadar kata-kata, Buya Syafii memberikan kita teladan lewat laku. Ia meninggalkan begitu banyak jejak kebaikan. Kebaikan itu ialah laku agung. Laku sang begawan yang begitu sulit kita cari dari sosok manapun di negeri ini untuk saat ini. Egaliter, toleran, dan menjunjung tinggi kemanusiaan, di sisi lain juga Muslim yang kaku dalam beribadah. Namun, lagi-lagi sosok
Postingan terbaru

Puisi: Hanya Kosong

Hanya Kosong - Oleh Ahmad Soleh Akar kehidupan adalah kosong Rasa lapar dimulai dari perut kosong Rasa kantuk tiba disebabkan energi kosong Lalu terjaga karena sadar akan mimpi-mimpi kosong ( Tapi lupa, lalu tidur lagi di siang bolong ) Manusia bekerja karena sadar kantongnya kosong ( Gentongnya kosong, bakulnya kosong, dapurnya melompong ) Manusia menipu karena yang ia punya hanya fakta kosong ( Percaya hoaks, tapi berlaga songong ) Manusia peduli dimulai dari batin yang kosong ( Yang setiap hari sibuk memborong ) Manusia saling mencintai karena ia sadar hatinya kosong ( Ruang hampa yang sesak, tidak plong ) Manusia juga bisa saling mencaci dimulai dari etika kosong Manusia bisa saling memakan karena sadar hidupnya kosong Manusia bisa saling menindas hanya demi sebuah harapan kosong Manusia bisa jadi beringas karena pikirannya kosong Manusia bertindak karena sadar hidup tak boleh omong kosong ( Juga tak boleh terlalu banyak bengong ) Manusia mengingat Tuhan dimulai dari iman kosong (

Esai: Dakwah yang Menggembirakan

Dakwah yang Menggembirakan - Oleh Ahmad Soleh* “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 142). Dakwah ialah mengajak kepada kebaikan dan mencegah pada keburukan (amar makruf nahyi mungkar). Kendati, umumnya masyarakat awam memaknai dakwah hanya pada hal-hal yang bersifat surga-neraka, ukhrawi, spiritualistik, dan berkaitan dengan kesalehan individual saja. Suatu anggapan yang mungkin tidak salah, tetapi telah menggeser atau setidaknya menyempitkan makna dakwah itu sendiri. Dakwah adalah aktivitas yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Kesabaran berada pada dimensi personal seseorang. Sebab itulah rasul dan para nabi adalah mereka yang benar-benar telah dipilih oleh Allah, merekalah yang benar-benar memiliki hati yang suci, ketabahan, dan perilaku agung. Mereka adalah orang-orang agung yang lulus dalam ujian kesabaran. Sebab, tanpa memiliki kesabar

Puisi: Gurauan Malam

  Gurauan Malam - Oleh Ahmad Soleh aku bergurau pada hidup biar mengalir bagai air biar mengarus dalam arus sampai terbentur dinding sungai mati dihempas air terjun aku berdialog dengan hidup ingin menguap dan ke langit tapi di bumi pun aku masih harus berdendang senandung tentang ketidakpastian antara benar dan salah putih, hitam, abu-abu jangan ingkari hati nurani sebab celaka jika terjadi sampai musnah dilahap gelap hilang diterkam malam tapi hidup hanya gurauan.

Esai: Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir

Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir - Oleh Ahmad Soleh [1] Esai ini merupakan prolog untuk buku antologi puisi Membangkitkan Intelektual Membangun Peradaban ( Diomedia, 2021 ) TELEVISI mungkin sudah menjadi barang ‘jadul’ bagi sebagian orang di era terhubung ini. Kendati berbagai merek elektronik memperbarui teknologi televisi, mulai dari smart TV sampai televisi berbasis sistem Android yang bisa langsung terkoneksi dengan internet. Ya, kedua produk televisi terbaru itu merupakan adaptasi teknologi televisi terhadap kemajuan jaringan internet yang hari ini makin lekat dan sulit dipisahkan dari kehidupan kebudayaan manusia Indonesia. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi memiliki dampak besar terhadap kebudayaan masyarakat kita. Dengan kemajuan teknologi televisi, masyarakat “berkecukupan” dengan mudah bisa memilih dan memilah tontonan sesuai keinginan dan kebutuhannya. Tentu saja dengan televisi kabel atau jaringan televisi berlangganan. Simpelnya, mere

Puisi: Pejuang Sejati

Pejuang Sejati - Oleh Ahmad Soleh : Untuk Randi Randi, kutahu kau rindu keadilan napasmu getar menderu, seiring teriak lantangmu langkahmu masih terasa menderap belum gentar, belum usai perjuangan kau ada di baris terdepan menyuarakan kebenaran melawan ketertindasan melawan ketidakadilan yang lahir dari para pemangku kebijakan di saat yang lain sibuk kuliah kau bilang, “rakyat butuh nalar kritis kita untuk melawan!” kata-katamu begitu propagandis sejalan dengan perbuatanmu di lapangan yang begitu riuh kau berjibaku, bentrok tak bisa dihindari aparat tak henti menembakkan gas air mata tapi tak ciut nyalimu aparat dengan lekas melesakkan besi panas yang kemudian bersarang di dada kananmu layaknya lencana yang disemat penanda bahwa kau seorang pejuang kader militan sejati yang purna tunaikan tugas cendekiawan bepribadi sejarah telah mencatatmu sebagai pejuang kepentingan rakyat izinkan kami menjadi dirimu teruskan perjuanganmu hingga usai. Depok, 27 September 2019

Esai: Menegakkan Bahasa Indonesia secara Kafah

Menegakkan Bahasa Indonesia secara Kafah - Oleh Ahmad Soleh Dipikir-pikir, bagaimana mungkin bisa berbahasa Indonesia secara kaffah , jika kaffah sendiri merupakan bahasa Arab. Dus, dalam kamus kita diserap jadi kafah, dengan satu f. Apa artinya kaffah atau kafah? Saya mengutip KBBI, kafah memiliki dua makna, yakni sempurna dan keseluruhan. Sempurna sebagai adjektiva (kata sifat), keseluruhan sebagai nomina (kata benda). Jadi, tak heran jika kita menemukan kata kafah bersanding dengan kata atau frasa lain, seperti judul tulisan ini; Berbahasa Indonesia Secara Kafah ( Kaffah ). Meski, sebenarnya lebih sering digunakan sebagai istilah agama Islam; berislam secara kafah, menegakkan Islam secara kafah, dst. Semangat menegakkan bahasa Indonesia secara kafah—selanjutnya saya akan mengikuti KBBI, secara menyeluruh, sebenarnya telah dimulai sejak lama. Kalau saya tak salah sejak zaman Presiden Soeharto. Waktu itu saya masih duduk di bangku SD. Ingat betul, semua nama ruko dan perumahan elite