Langsung ke konten utama

Puisi: Kita dan Jendela


Kita dan Jendela - Oleh Ahmad Soleh

Ada kisah biasa-biasa saja antara aku, kau, dan jendela itu. Suatu waktu pernah kau melewatinya tanpa menghiraukanku. Aku memandangi langkah kakimu. Waktu pelan-pelan rasanya ingin kuhentikan saja. Tapi, ini bukan dongeng sihir atau film fiksi yang menggelikan. Jendela yang menyekat kita begitu jauh. Rasanya, dinding-dinding yang berjajar rapi di antaranya tampak biasa saja. Tak membuatku risau. Berbeda dengan jendela itu. Jendela yang saban pagi membawa bayanganmu melintas di pikiranku. Jendela yang saban waktu menyuguhkanku senyum dan tawa yang tak bisa kubawa pulang. Esok hari, sebelum kau lewat lagi, akan kugelar kain tebal untuk menutup jendela itu. Warnanya hitam pekat. Bahkan, bayanganmu pun tak akan mampu menembusnya. Dan benar saja, aku kehilangan. Kehilangan jendela itu.

2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esai: Menegakkan Bahasa Indonesia secara Kafah

Menegakkan Bahasa Indonesia secara Kafah - Oleh Ahmad Soleh Dipikir-pikir, bagaimana mungkin bisa berbahasa Indonesia secara kaffah , jika kaffah sendiri merupakan bahasa Arab. Dus, dalam kamus kita diserap jadi kafah, dengan satu f. Apa artinya kaffah atau kafah? Saya mengutip KBBI, kafah memiliki dua makna, yakni sempurna dan keseluruhan. Sempurna sebagai adjektiva (kata sifat), keseluruhan sebagai nomina (kata benda). Jadi, tak heran jika kita menemukan kata kafah bersanding dengan kata atau frasa lain, seperti judul tulisan ini; Berbahasa Indonesia Secara Kafah ( Kaffah ). Meski, sebenarnya lebih sering digunakan sebagai istilah agama Islam; berislam secara kafah, menegakkan Islam secara kafah, dst. Semangat menegakkan bahasa Indonesia secara kafah—selanjutnya saya akan mengikuti KBBI, secara menyeluruh, sebenarnya telah dimulai sejak lama. Kalau saya tak salah sejak zaman Presiden Soeharto. Waktu itu saya masih duduk di bangku SD. Ingat betul, semua nama ruko dan perumahan elite ...

Esai: Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir

Politisasi-Komersialisasi Budaya dan Bagaimana Sastra Harus Hadir - Oleh Ahmad Soleh [1] Esai ini merupakan prolog untuk buku antologi puisi Membangkitkan Intelektual Membangun Peradaban ( Diomedia, 2021 ) TELEVISI mungkin sudah menjadi barang ‘jadul’ bagi sebagian orang di era terhubung ini. Kendati berbagai merek elektronik memperbarui teknologi televisi, mulai dari smart TV sampai televisi berbasis sistem Android yang bisa langsung terkoneksi dengan internet. Ya, kedua produk televisi terbaru itu merupakan adaptasi teknologi televisi terhadap kemajuan jaringan internet yang hari ini makin lekat dan sulit dipisahkan dari kehidupan kebudayaan manusia Indonesia. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi memiliki dampak besar terhadap kebudayaan masyarakat kita. Dengan kemajuan teknologi televisi, masyarakat “berkecukupan” dengan mudah bisa memilih dan memilah tontonan sesuai keinginan dan kebutuhannya. Tentu saja dengan televisi kabel atau jaringan televisi berlangganan. Simpelnya, mere...

Esai: Buya Syafii dan Kritik buat Politisi

  Buya Syafii dan Kritik buat Politisi - Oleh Ahmad Soleh Ahmad Syafii Maarif yang karib disapa Buya Syafii merupakan tokoh Muslim progresif yang lahir di Sumpur Kudus, Sumatra Barat, pada 31 Mei 1935—tepat berulang tahun saat tulisan ini ditik. Buya Syafii baru saja meninggalkan kita beberapa hari yang lalu. Sungguh mulia, selain wafat pada hari baik, yakni Jumat, 27 Mei 2022, Buya Syafii juga meninggalkan jejak-jejak peninggalan semacam wasiat berharga untuk kita semua, untuk anak-anak bangsa. Bukan kata-kata motivasi, bukan barisan sajak-sajak bijak, bukan pula ungkapan-ungkapan syahdu. Bukan, bukan itu. Lebih dalam dari sekadar kata-kata, Buya Syafii memberikan kita teladan lewat laku. Ia meninggalkan begitu banyak jejak kebaikan. Kebaikan itu ialah laku agung. Laku sang begawan yang begitu sulit kita cari dari sosok manapun di negeri ini untuk saat ini. Egaliter, toleran, dan menjunjung tinggi kemanusiaan, di sisi lain juga Muslim yang kaku dalam beribadah. Namun, lagi-lagi so...